TELAP12 the untold story

Apa yang kau cari kadang ada di dekatmu. Tapi untuk ketemu kau butuh berjalan jauh lebih dulu.

Itu adalah tweet dari Prie_GS pada tanggal 12 Maret dan membuatku tersadar kalau ternyata perjalanan panjangku selama ini hanyalah rangkaian kebetulan yang sudah terbentuk dari sejak aku kecil. Dan aku tak tahu mengapa kebetulan itu tidak terlintas di benakku dari dulu-dulu.

Prelude

November. Semua berawal ketika aku terbangun pada tengah malam dan tiba-tiba saja terlintas sebuah postinganku di blog yang berjudul tertidur dengan pulas, https://husnimuarif.wordpress.com/2010/09/01/tertidur-dengan-pulas/ Entah bagaimana bisa begitu. Pikiranku langsung flashback ke masa kecilku ketika ibuku mau membuatkan Sarimi untukku. Aku ingat betul tampilan bungkus Sarimi yang berwarna merah itu, dan juga mangkok bening dengan banyak tonjolan apel kecil yang mengelilingi pinggirnya dan sablonan dari dalam pada bagian bawah berlogokan Indomie. Hatiku sangat senang saat itu dan membayangkan akan makan mie seperti yang ada di tampilan bungkusnya. Paling tidak mangkok bening Indomie itu membuatku sangat yakin meskipun saat itu aku tak menyadari kalau merk-nya beda. Mangkoknya saja dari Indomie, persislah pokoknya, pikirku saat itu.

Namun ketika mie-nya sudah jadi, hasilnya sangat berbeda jauh dari tampilan bungkusnya. Dan yang terjadi, jelas sebuah kekecewaan besar, apalagi bagi seorang anak kecil yang bayangan dan imajinasinya sangat tinggi. Tertipu bagi anak kecil sangatlah tidak baik, jadi jangan ajarkan pada anak-anak. Tapi paling tidak mangkok bening Indomie itu bisa mereduksi kekecewaanku saat itu. Hingga kemudian aku punya mimpi kalau saja aku kaya, aku akan bikin pabrik mie instan yang mana saat orang bikin maka hasilnya persis sama bungkusnya. Dan malam itu aku teringat kembali dengan mimpi itu. Aku mulai berpikir, rasanya tak mungkin aku bisa mewujudkan mimpiku bikin pabrik mie persis. Lha uang darimana coba?

Tunggu dulu! jika kau tidak bisa merealisasikan mimpimu, kamu bisa merealisasikannya lewat jalan yang lain. Masih ada banyak jalan! Idemu memang immposibble, tapi pikir secara realistik mana yang possible bisa dieksekusi! Kalau aku tak bisa mendirikan pabrik untuk membuat mie yang sama dengan bungkusnya, bukankah aku bisa merealisasikannya dengan menyajikannya? Buka warung Mie Persis dan mulailah berwirausaha! Guoblok tenan! mengapa tak terpikir dari dulu?!!

Malam itu aku serasa mendapatkan wangsit, lalu bersemangat untuk bergegas ke belakang, ambil air wudlu, dan sholat Tahajjud. Biasakanlah mendirikan sholat malam, karena inspirasi besar kadang tercipta di 1/3 malam terakhir itu. Aku biasanya kalau dapat inspirasi besar itu setelah atau pas sholat Tahajjud, tapi ini malah sebelum sholat malam. Allah memang Maha Bercanda, hehe… Ambisiku untuk segera merealisasikan rencana bikin Mie Persis sangat besar. Kalau nggak segera dieksekusi keburu idenya diambil orang lain. Dan tentunya aku nggak bisa merealisasikan rencana itu sendirian. Aku perlu seorang partner. Partner yang benar-benar bisa dipercaya. Itu bukan hal yang mudah…

 

The Power of Silaturrahim

Berhari-hari di kantor pikiranku selalu terusik dengan rencanaku itu. Masalahnya mencari partner yang bisa dipercaya itu nggak gampang. Lhawong mendirikan bisnis keluarga saja kadang saudara makan saudara kok. Tiba-tiba saat itu aku mendapatkan sms dari Budi, teman lamaku di CITS-UGM (sepertinya aku pernah menjanjikan cerita soal CITS-UGM). Mengabarkan kalau putranya (eh putra atau putri ya?) baru saja lahir. Pikiranku langsung flashback lagi ke acara reuni CITS-UGM.

Ceritanya setelah lebaran 2011 kemarin aku berusaha untuk mengumpulkan anak-anak CITS-UGM angkatan 2002 yang masih di Jogja. Ya sekedar sharing-sharing, cerita-cerita, dan makan-makan (jelas), siapa tahu bisa menghasilkan sebuah rencana besar. Reuni ini sebenarnya tanpa ada perencanaan, hanya lewat sms. Tempat ngumpulnya pun diputuskan mendadak, nggak ada booking dulu, dsb. Yang penting bisa buat ngumpul saja. Maka jadilah rencana ketemu di tempat semacam warung wisata kuliner sebelah timurnya Galeria. Tak ada yang tahu ternyata di sana kini telah berubah. Dulu banyak warung-warung makanan yang berkumpul jadi satu, namun kini yang ada hanyalah tempat parkiran luas. Ada sih segelintir warung yang bertahan, itupun karena letaknya yang berada di pinggir jalan dekat lampu merah.

Mulailah semua berdatangan satu-persatu. Bayanganku akan ada sepuluhan orang, namun ternyata yang bisa datang saat itu hanyalah enam orang, cowok semua lagi! Aku hampir tak percaya, tak banyak yang berubah setelah berpisah delapan tahun lebih lamanya. Hanya dua orang yang sudah menikah. Setelah dirasa tidak ada yang akan datang lagi, mulailah mencari tempat lagi yang enak untuk ngumpul-ngumpul. Tak seorangpun yang menawarkan sebuah referensi kuliner yang menarik malam itu, hingga akhirnya aku memutuskan untuk ke Kedai Poci Unik (KPU) di Condong Catur. Itu karena aku pernah tiga kali ke sana.

Setelah pesan makanan dan minuman, ternyata tak ada obrolan yang menghasilkan sesuatu. Padahal saat itu aku membawa produk yang mungkin bisa dijadikan usaha bersama. Namun kalau diterawang pada kondisi saat itu, aku merasa sepertinya produk ini tidak bisa di-handle sembarangan, hingga aku akhirnya memutuskan untuk tidak memperlihatkan produk itu dan menjelaskan kira-kira kedepannya akan dibawa kemana. Yang ada malam itu hanyalah obrolan yang menceritakan kembali kelucuan-kelucuan saat kuliah di CITS UGM dulu. Maklum angkatan pertama 🙂 Aku juga tak mau menceritakan banyak hal apa yang sudah kelakukan selama 5 tahun lebih di petakumpet. Rasanya tak perlu dan tak ada sesuatu yang seru. Dan sampai malam larut pun tak ada keputusan selain bikin facebook CITS.

 

 

Salah satu yang membuat baru pada obrolan malam itu adalah cerita dari Bosiran (ketiga dari kiri) tentang petualangannya setelah lulus dari CITS. Sepertinya malam itu merupakan acara mendengarkan cerita panjang dari dia. Pengalamannya melanglang buana membuatnya seakan mengenal semua orang di seluruh penjuru. Menurutku dia adalah tipe orang yang struggle dalam hidup yang selalu penuh keterbatasan dengan berbagai suka duka yang lebih banyak dukanya dan kepolosan yang membuat tertawa siapa saja yang mendengarkannya.

Dari lamunan itu aku merasa Bosiran adalah orang yang cocok dan bisa diajak menjadi partner. Aku mengenal betul karakternya saat kuliah di CITS dulu. Sederhana, tak perlu mencari orang yang sudah berkompeten dan berpengalaman di bisnis kuliner atau entrepreneur apapun itu jenisnya. Karena jaman sekarang mencari orang pinter itu mudah, tapi mencari orang baik itu susahnya na’udzubillah. Pokoknya yang penting baik dulu dan yang pasti amanah. Ternyata pertemuan silaturahim teman-teman CITS itu ada gunanya juga. Baru kali ini aku merasakan betapa luar biasanya manfaat silaturahim itu.

Dan langsunglah saat itu aku sms dia, kuajak untuk menilik bayi bareng dan membicarakan rencana bisnis kuliner setelahnya. Dia langsung mau dan segera turun ke Jogja dari Klaten. Kami janjian untuk menilik bayi ke rumahnya Budi (kedua dari kiri) hari Sabtu. Jum’atnya aku mencari kado di Giant sambil memborong beberapa mie instant untuk memberi penjelasan tentang bisnis yang akan dijalankan. Kami ketemu di dekat Hotel Ambarrukmo, lalu menuju ke rumahnya Budi yang tak jauh dari situ. Ternyata istri dan bayinya masih di Rumah Sakit Islam Kalasan. Jam 10 yang panas itu kami langsung meluncur ke sana. Tak hanya menengok bayi, di sana juga banyak ngobrol dan bercanda hingga adzan dhuhur berkumandang. Setelah sholat, kami pamitan dan mencari tempat yang enak buat makan siang dan lokasinya tak jauh dari situ. Di kuliner apung Sendang Ayu itu saatnya aku membeberkan rahasia bisnisku. Aku bilang: “Bos, ini adalah konsep kuliner yang tidak memerlukan seorang ahli masak. Simpel. Siapapun bisa membuatnya” Lalu aku keluarkan beberapa mie instant dari tasku di meja, dan Bosiran masih bingung belum bisa menebak apa yang aku maksud 🙂

 

The Smilling Respon

Di warung kuliner apung tersebut Bosiran masih belum bisa menerka, meski aku keluarkan beberapa mie instant di meja makan. “Kita akan jualan mie yang harganya 1500-an sampe 2000-an menjadi harganya 5000-an keatas” kataku sambil memancing memberi petunjuk dengan menunjukkan bungkus mie instant padanya. “Caranya?” Kubiarkan berpikir sebentar, dia masih belum bisa menebak. Bagus, memang respon yang seperti itulah yang aku inginkan. Akhirnya aku membuka clue itu “Lihat baik-baik bungkusnya bos. Ini ada telur, ayam, tomat, dsb”. “Terus?” “Kita akan eksekusi seperti itu”. Lalu aku melanjutkan “Idenya adalah menyajikan mie, persis sama bungkusnya”. Dia langsung tersenyum. Lama banget. Aku juga tersenyum.

“Piye Bos?”

“Ha-ha-ha-ha…” dia tertawa sambil geleng-geleng, aku juga.

Aku tahu semua orang tertawa ketika aku melontarkan ide ini. Bukan karena ide ini jelek, ini ide yang benar-benar bagus. Brilian! Yang membuat orang tertawa adalah karena mereka pada tidak sadar dan tidak menyangka. Bagaimana ide yang sangat sederhana ini tidak terpikirkan oleh orang ya?

Honesty in Business

Ini istilah lama saat aku bergelayut di dunia periklanan, entah masih berlaku apa tidak: membuat iklan yang bagus itu seperti menembak cewek. Agar bisa menarik perhatian konsumen tampilan harus dibuat sebagus, secantik, seindah mungkin. Sama seperti saat menembak cewek, penampilan kita harus dibuat sebaik mungkin, bahkan bisa jadi penampilan kita bukanlah kita yang sebenarnya. Saat proses pacaran terjadi yang kita lakukan adalah memperlihatkan kebaikan-kebaikan kita, sedangkan keburukan-keburukan kita tutupi dan baru ketahuan ketika sudah menjadi pasangan suami istri, hehe… Iklan sebenarnya juga begitu, meski mungkin nggak semuanya.

Dalam iklan orang yang sudah melakukan action akan merasakan persepsi seperti pesan yang diiklankan, padahal mereka nggak sadar kalau kenyataannya palsu. Orang yang pigmen kulitnya memang gelap dan memakai produk whitening, yakin kulitnya nanti bakalan menjadi putih seperti bintang iklannya. Atau paling tidak merasakan persepsi yang sama. Sama halnya dengan pacaran, dalam iklan kelemahan-kelemahan itu kalau bisa tidak ditunjukkan. Pun kalau ada, tulisannya kecil banget, hehe… Contohnya produk shampo yang bisa meluruskan rambut seperti habis di rebonding, ada tulisan kecilnya: khusus untuk rambut lurus.

Apakah ini tentang tipu-menipu? Aku nggak tahu pasti, tapi menurutku kebanyakan sih begitu. Tapi bolehkah? Mengenai boleh atau tidaknya di Indonesia ada EPI atau Etika Periklanan Indonesia yang mengatur itu semua. Dan jujur saja aku pernah kena peringatan atas iklan yang aku buat 🙂 Tapi logikanya, masak kalau kita mau beriklan kok standar-standar aja? Kan nggak papa kalau dikemas dan dibikin keren? Masak mau nembak cewek penampilannya culun abis? Kalau orang yang aslinya culun jadi keren kan nggak papa kan? (terkecuali bagi yang keliatan maksa banget)

Bicara mengenai pengemasan juga begitu. Kemasan atau packaging harus didesain semenarik mungkin agar konsumen tersihir untuk memungutnya. Makanya kalau melihat desain packaging yang jujur, aku suka dengan packaging yang ada transparannya, sehingga bisa melihat isi di dalamnya. Sangat sedikit memang, kalau nggak salah snack jagung Turbo masih melakukan yang seperti itu. Nah bagaimana dengan mie instant? Dari dulu sampai sekarang pasti desain kemasannya berupa visual mie yang disetting indah dan menggugah selera, lengkap dengan ayam, potongan telur, dsb. Padahal saat kita buat hasilnya nggak sama persis dengan bungkusnya. Makanya sekarang agar tidak kelihatan menipu banget ada tulisan kecil ‘saran penyajian’ di bagian mie yang tersaji indah tersebut.

Nah, makanya ketika terbesit ide untuk menyajikan mie instant persis dengan bungkusnya, seolah-olah itu merupakan jawaban dari postinganku ‘tertidur dengan pulas’ yang mengatakan bahwa aku adalah orang yang dzalim. Karena punya cita-cita untuk memperjuangkan kejujuran, tapi malah masuk di periklanan. Padahal sebagai orang iklan tidak harus melulu berkutat di dunia advertising. Kreativitas dan ide-ide yang brilian seharusnya tidak hanya diaplikasikan di industri advertising saja, tapi bisa di bidang yang lain. Dan mungkin ini tidak hanya menjadi tanggung jawab besar, tapi juga membuka peluang bisnis di bidang kuliner. Menyajikan mie instant persis dengan tampilan bungkusnya adalah sebuah peluang bisnis yang bagus. Tidak ada salahnya, dan kalau seumpama dituntut karena menjiplak tampilan di bungkus mie instant yang sudah susah-susah disetting oleh koki (mungkin) dan fotografer handal, tetap sah-sah saja. Loh, bungkus itu yang nyaranin kok. Kan ‘saran penyajian’? Apa salahnya mengikuti saran yang tertera di bungkus?

 

 

Ini merupakan tantangan. Mencoba memberi value pada produk dengan kejujuran. Yaitu memuaskan pelanggan dari kekecewaan tampilan mie instant, dan mewujudkannya menjadi kenyataan. Pendek kata, ini adalah bisnis kuliner mie persis. Sepertinya simpel, tapi menjalankan bisnis dengan jujur sangatlah tidak mudah, apalagi bila kejujuran itu bisa terintegrasi luar dalam. Artinya yang jujur tidak hanya produk yang dijual saja, tapi juga SDM yang menjalankannya, termasuk pelayanannya. Dan aku yakin, dengan kejujuran akan mendapatkan respon positif yang jujur juga dari pelanggan. Seumpama ada respon yang negatif, kita siap membenahinya dengan jujur. Yang terpenting niat dan caranya baik.

Mau bukti lagi sukses berbisnis dengan kejujuran? Nabi Muhammad. Nabi adalah contoh sosok entrepreneur sejati. Beliau sukses berdagang dan mendapatkan kepercayaan penuh dari Siti Khodijah sampai akhirnya menjadi istrinya. Itu semua karena kejujurannya dalam berbisnis. Tak ada satu pun pelanggan yang komplain, semuanya puas. Karena kejujuran.

Berbisnis dengan jujur? Yakin dan bismillah aja…. Karena Hukum Alam salah satunya ya seperti itu, begitu kalau menurut apa yang pernah dipresentasikan oleh Bos Kedai Digital, Mas Saptuari.

 

 

Think BIG, Start small, Move F>st

Big Idea-nya sudah dapet, yaitu bikin mie yang persis sesuai dengan tampilan bungkusnya. Selanjutnya tinggal memulai dengan langkah kecil, dan bergerak dengan cepat. Yang pertama adalah memastikan partnerku Bosiran untuk luruskan niat dan fokus di bisnis kuliner ini. Setelah itu meminta ijin dulu sama keluarga dan menjelaskan tentang bisnis yang akan aku jalankan. Aku harus menjelaskan rencananya dengan jelas dan meyakinkan kakakku. Ini perlu, karena restu dari yang terdekat (terutama ibu) merupakan modal utama.

Aku dan Bosiran merencanakan untuk segera memulai bisnis di awal tahun 2012. Rencananya sih launchingnya pas tahun baru imlek, biar ada hoki-hokinya gitu hehe… Bulan Desember mulailah mencari-cari tempat yang strategis untuk membuka bisnis kuliner mie persis. Dan entah ini sebuah kebetulan atau apa, tiba-tiba aku membaca artikel di yahoo news tentang prediksi bisnis yang bakalan berkembang di tahun 2012. Dan ternyata adalah bisnis kuliner http://id.berita.yahoo.com/mau-bisnis-di-2012-inilah-bisnis-yang-akan-085914205.html

Rencana buka bisnis kuliner ini membuat setiap weekend Sabtu-Minggu harus aku manfaatkan untuk survey tempat dengan Bosiran. Susahnya bukan main, hampir-hampir di penjuru Jogja ini sudah ditempati beragam warung kuliner. Dua kali weekend kita belum dapet tempat, kalaupun ada, sewa rukonya mahal banget. Karena nggak dapet-dapet, akhirnya kami memutuskan bahwa untuk awal bisnis ini dimulai dari kaki lima-an dulu. Aku pun setuju. Hal pertama yang dibutuhkan dalam mendirikan kaki lima adalah kerangka tenda. Kebetulan Bosiran mempunyai kenalan semacam tukang las di Klaten yang bisa membuat kerangka tenda dengan harga murah dan bisa pesan sesuai keinginan. Aku langsung berani menggelontorkan uang ke Bosiran untuk bikin rangka tenda meskipun saat itu tempat untuk mendirikan warung kaki lima belum nemu. Karena kalau dipikir-pikir lebih baik kaki lima dulu, untuk menekan modal agar lebih efektif.

Sampai tahun baru Imlek terlewati barulah kita dapat tempat yang dirasa cocok. Tempatnya sangat jauh (kalau dari kos-kosanku) yaitu di Jl. Pandeyan, arah terminal lama dari Jl. Glagah Sari ke Selatan. Tempat itu tak jauh dari Pamela 2 dan masjid. Dan entah akan ada berapa kebetulan lagi yang akan kutemui. Karena dulu laboratorium untuk tempat praktek CITS berada di belakang Pamela 2, dan kalau sudah waktunya dzuhur dan ashar aku sering sholat di masjid itu. Tempat itu seolah-olah menyusun kembali kepingan-kepingan kenangan masa lalu.  Setelah tempat dan perjanjian harga deal, barulah persiapan piring-gelas, gerobak, sama meja kursi untuk pelanggan. Tak hanya itu, usaha ini juga perlu yang namanya branding.

Ketika niat sudah baik, semuanya seperti dibukakan jalannya oleh Tuhan. Ya ndilalah-nya di seberang perempatan Jl. Kabupaten tak jauh dari kantor petakumpet kok ada yang jual keramik sisa ekspor. Harganya bisa dua kali lebih murah daripada kalau beli  di Progo, pokoknya tinggal pinter-pinter kita milih yang paling sedikit cacatnya. Dan saat itu juga kita langsung mborong.

 

 

Untuk masalah bahan pelengkap mie biar bisa persis dengan bungkusnya semuanya diserahin ke saudara keponakannya Bosiran yang kebetulan bekerja di hotel. Dan lagi, untuk pesan gerobak dan meja, pesan di Pak Lik-nya Bosiran. Kita memang sudah puter-puter Jogja untuk mencari daerah yang khusus bikin gerobak, namun hasilnya masih terlihat kasar, dan harganya mahal. Di Pak Lik-nya Bosiran hasilnya sangat bagus, murah, dan bisa dibuat neko-neko. Semuanya seperti sudah diatur oleh Tuhan sehingga kita bisa bergerak cepat saat itu. Yang nggak cepat hanyalah postingan ini saja, hehe…

 

Totally in Works

Sebuah ide besar kalau kita tidak total di dalamnya, maka kemungkinan besar ide itu hanya menjadi biasa saja, atau yang lebih parah ide itu malah ditiru atau dicuri orang lalu dikembangkan menjadi lebih besar. Makanya aku berpikir kalau bisa semuanya dikonsep dan nggak asal-asalan, siapa tahu malah kedepannya bisa di-franchise-kan, atau bisa dikembangkan menjadi bisnis yang lebih besar lagi. Untuk masalah varian mie instant saja awalnya mau mengeksekusi 3 varian yang kita pikir menarik, yaitu: Mie Goreng Rendang, Mie Goreng Sate, dan Mie Rebus Cakalang. Kalau saja aku tak ketemu dengan keponakannya Bosiran yang koki itu, mungkin saat ini kita hanya jualan 3 varian itu saja. Artinya siapapun berpotensi untuk mengambil ide ini dengan mengeksekusi varian indomie yang lain yang banyak sekali ragamnya.

Siang itu setelah memborong piring dan gelas, keponakan Bosiran menyusul kita di tempat jualan sisa ekspor keramik. Namanya Heru. Saat itu juga langsung kuajak Heru ke Giant yang tak jauh dari keramik sisa ekspor. Di sana aku biarkan Heru menganalisis, pelengkapnya apa saja, atau kalau dalam istilah di dunia perkokian namanya garnis. Semua dianalisa, Mie Goreng Sate ini satenya sate ayam, bukan kambing, bumbunya pake bumbu ini lalu dibakar panggang. Mie Cakalang yang ini dibumbu Manado, Soto Mie-nya pake ayam yang dibumbu ini, Kari Ayam-nya mending dibumbu ini, bla-bla-bla dsb. Apa yang memungkinkan untuk dieksekusi pokoknya ambil aja.

Untuk mie instant yang akan dieksekusi, kita sepakat memilih indomie. Hal itu karena indomie tampilan packagingnya terlihat utuh, jelas, dan lengkap, dibanding tampilan mie instant lainnya yang kadangkala ada yang di zoom out pada bagian tertentu sehingga bagian lain nggak jelas. Sehingga enak kalau mau dieksekusi. Yang kedua, karena indomie variannya sangat banyak, apalagi ada yang khusus Kuliner Nusantara. Setelah dianalsisi semua, akhirnya terkumpul 8 varian yang memungkinkan untuk bisa dieksekusi. Varian lain seperti Mie Empal Genthong, mungkin next time-nya. Kupikir 8 itu terlalu banyak, namun tak apalah, ini untuk menghindari agar yang lain tidak bisa mengeksekusi kalau-kalau idenya dicuri.

Untuk gerobaknya, sebenarnya aku mau yang biasa saja, namun Bosiran tetap saja memaksaku untuk mendesainnya. Sedangkan aku tak tahu-menahu tentang fitur gerobak secara detil itu kayak apa. Yang terlintas di benakku hanyalah gerobak dorong tukang sate yang bentuknya seperti perahu, ada moncong lancip di depannya. Lalu aku mengambil referensi kapal bajak laut di komik Asterix dan mulai-corat-coret mendesainnya. Aku membayangkan akan ada layar yang bisa menjadi tempat display beberapa varian indomie. Lalu ada jendela bulat kayak dan potongan kayu kayak di kapal-kapal jaman dulu. Setelah corat-coret selesai, aku masih belum yakin apa ada tukang yang mau mengeksekusinya. Tapi ternyata Pak Lik-nya Bosiran menyanggupinya dengan senyam-senyum. Gila nih Pak Lik-nya Bosiran, aku hampir tak percaya dengan hasilnya. Salut!

 

 

Melihat yang seperti itu, aku merasa kalau semuanya harus total dan jangan nanggung atau setengah-setengah. Untuk itulah yang semula mau pesan meja belajar yang di pinggir-pinggir jalan sebagai meja makan untuk lesehan, langsung nggak jadi. Murah sih murah, tapi nggak menghargai pelanggan. Aku menghabiskan banyak waktu untuk bereksperimen dengan menggunakan impraboard sebagai mock-up dengan skala kecil agar bisa mengutak-utik dengan mudah aplikasinya dan memudahkan menjelaskan Pak Lik-nya Bosiran untuk mengeksekusinya.

 

 

Desain mejanya aku bikin semacam portable yang bisa dilipat dan dipisah bagian-bagiannya untuk memudahkan pengangkutannya. Mejanya berbentuk belah ketupat atau jajaran genjang. Bentuk ini memungkinkan untuk dibuat variasi penataannya. Bisa berbentuk segi enam untuk formasi orang banyak, bisa berbentuk V, memanjang, 4 orang, ataupun dua orang saja. Aku puas dengan desain dan eksekusinya. Malah rencananya tahun depan mau aku ikutkan di Indonesia Furniture Awards, karena di tahun ini sudah terlambat.

 

 

Kita juga sudah memikirkan beberapa perabotan untuk versi bukan lesehan, kalau-kalau mau buka cabang. Dari kursi dan mejanya seperti apa, dan sebagainya. Namun yang paling penting saat itu adalah desain spanduk untuk tendanya. Spanduk yang bisa menarik kuat perhatian orang-orang yang lewat. Dan mau tidak mau kedelapan varian itu harus di-show up agar menarik. Karena kita belum pernah menyajikan produk persis dengan bungkusnya maka kita harus trial. Dan kegiatan masak-memasak di dapur mertuanya Bosiran pun dimulai. Saatnya si Heru beraksi!

 

Setelah mengeksekusi kedelapan varian tersebut, saatnya sekalian dengan pemotretan produknya. Tak perlu menyewa fotografer profesional, cukup dengan kamera digital pocket. Kita ingin semuanya serba jujur. Kita ingin nunjukin kalo seperti inilah produknya, dan bukan dari tipuan hasil digital imaging. Digital imaging hanya diperlukan sedikit untuk mengatur pencahayaan dan menghilangkan noise. Dan ketika mie instant disajikan persis dengan tampilan bungkusnya, memang sangat menggugah selera. Aku perlihatkan beberapa foto kasarannya saja, sudah pada ngiler 🙂

 

 

Setelah semua sudah dipotret, saatnya untuk menghajar Mie Persis yang sudah dari tadi sangat ingin sekali melahapnya. Kita undang juga anak-anak tetangga untuk menjajalnya dan memberikan komentar. Karena saat pemotretan saja sudah mengundang perhatian dan pada mengerubung, apalagi kalo disuruh untuk memakannya, gratis lagi! Sungguh suasana yang sangat menyenangkan dan berkesan saat itu!

 

 

Naming

Nah, bagian ini juga sangat penting dan perlu mikir agak lama. Kita kepingin nama yang beda, unik, mudah diingat, dan mudah diterima orang-orang. Awalnya kita mau menamakan Mie Persis, untuk memberikan maksud yang sangat gampang diterima orang, bahwa mie yang disajikan adalah persis dengan tampilan bungkusnya. Namun kita takut kalau nama Persis lebih mengarah ke klub sepak bola Persis Solo. Apalagi di daerah kita jualan adalah daerah pendukung fanatik PSIM. Susah banget! Mau dengan permainan kata Mie-rip, tapi RIP itu artinya mati, dan kayaknya nggak membawa hoki. Sampai akhirnya aku berani memutuskan memberi nama TELAP12. Bacanya TELAP-TWELEP.

Nama TELAP12 bukan berarti karena kita memulai bisnis kuliner di tahun 2012, ya boleh dikatakan seperti itu, tapi ada aspek lain dibalik nama itu. Dan seperti yang sudah kukatakan di awal-awal, semuanya banyak yang bermula dari kejadian dari waktu aku kecil. Saat itu tiba-tiba aku teringat dengan pengalamanku belajar bahasa Inggris waktu kelas 6 SD. Dulu namanya JEC atau Jepara English Club, entah sepertinya sekarang sudah nggak ada. Biayanya sangat murah, dan dimulai setiap hari Jum’at pukul 13.00, karena kalau hari lainnya biasanya anak-anak pada sekolah madrasah sore.

Saat belajar pertama kali bahasa Inggris, yang asing di kita biasanya adalah pada pengucapannya. Mengapa kalau cut bacanya kat dan kalau push bacanya bukan pash? Begitu juga aneh dan sulitnya dalam pengucapan angka. Yang paling aku ingat adalah bahasa Inggrisnya dua belas, yaitu twelve. Bacanya twelefh dengan huruf f yang agak mengarah ke huruf p. Biar nggak susah dan mudah diingat-ingat, pengajarnya bilang “Pokoknya inget-inget aja, kalo makan telap-telep!” Telap-telep dalam bahas Jawa artinya lahap. Dan biasanya orang Jawa itu suka dilebih-lebihkan kalau ngomong. Seperti seger menjadi sueger, banget menjadi bianget, gede menjadi guede, dll. Termasuk telap-telep menjadi twelap-twelep.

Aku rasa nama ini sangat unik dan ada unsur lokal Jawa-nya yang sedikit gaul karena diucapkan  dalam bahasa Inggris campur-campur dengan pengucapan Sunda. Nama TELAP12 hampir-hampir sama dengan Es Teler 77, 5asec atau 7-eleven. Nama yang unik dan di dunia baru pertama kali bahkan satu-satunya. Aku sangat senang sekali ketika mengetikkan TELAP12 di Google. Ini tidak hanya sebuah kebetulan, tapi lebih dari itu. Ini adalah copywriting yang keren dan jarang-jarang aku dapat naming seperti ini. Memang banyak yang belum familier dengan nama TELAP12, namun semuanya memang perlu waktu.

 

The Mascot

Aku nggak tahu apa yang mendorongku untuk membuat maskot, tapi yang jelas sepertinya keren banget kalau ada maskotnya. Daripada nampang fotoku, lebih baik maskot saja yang bertugas sebagai brand ambassador untuk menyampaikan pesan. Selain itu, aku belum pernah menang saat ada lomba maskot. Lebih baik aku aplikasikan di TELAP12 saja. Tak ada alasan yang pasti mengapa aku memilih kucing untuk maskot TELAP12. Semua seperti kebetulan saja. Aku suka dengan karakter kucing Warner Bross, Sylvester. Sebenarnya semua eksyen-nya meniru karakternya Koko-KOKO KRUNCH. Tapi aku nggak mau terlihat  Koko banget, untuk itulah aku combine dengan karakter Sylvester dan kartun Tex Avery.

Kebetulan kucing-kucing di rumahnya Bosiran sering banget menggondol daging cakalang. Lengah sedikit saat masak, cakalang bisa-bisa raib, begitu kata Bosiran. Makanya sekarang khusus cakalang disediakan tempat khusus. Anehnya, Mie Cakalang menjadi varian yang paling favorit yang dipesan pelanggan. 1 bulan saja sudah menghabiskan 2 box cakalang rebus dan 1 box lebih cakalang goreng. Aku juga nggak tahu maskot kucing yang aku desain itu jenis kucing apa. Aku mengambil referensi dari kartun lawasnya Tex Avery, “Bad Luck Blackie”. Bedanya, kalau di kartun Tex, kucingnya masih kecil, maka maskotku ini adalah versi dewasanya, hehe…

 

 

Saking terbenturnya dengan jadwal yang lain, akhirnya aku meminta tolong temanku, Nur Cholis via email untuk membantu nge-path beberapa maskot. Nuwun dab! Untuk nama maskot ini awalnya aku ingin menamakannya Mang Persy. Mang adalah panggilan orang laki-laki, entah ini panggilan berasal dari daerah mana. Sedangkan Persy mengarah pada jenis kucing persia. Karena kebetulan saat aku sedang pada tahap akhir mendesain maskot ini, tiba-tiba ada sms masuk dari temen yang menawarkan kucing persia abu-abu, sudah divaksin, harga 800 ribu bisa dinego. Mungkin saja kucing yang aku desain ini jenis kucing persia, karena sepintas terlihat tampak seperti macan. Sedangkan kalau untuk singkatan, Mang Persy adalah singkatan dari Emang Persis, yang mengarah pada produk TELAP12. Dan kebetulan lagi saat itu aku sedang menonton pertandingan Liverpool melawan Arsenal di kandangnya Liverpool. Liverpool kalah dari Arsenal 2-3 setelah gol terakhir dari Van Persie. Kebetulan sekali bukan?

Meski kebetulannya sangat banyak, akhirnya aku malah nggak menggunakan nama Mang Persy, lho kok bisa? Entahlah, aku merasa kurang sreg dengan nama itu. Menurutku Mang itu kesannya agak ke orang yang sudah tua. Tiba-tiba saja terlintas olehku nama Ogutz. Kalau husny boleh pake y, maka ogutz pake z biar gaul, hehe… Kata ogut dispopulerkan oleh pelawak almarhum Kholik pada era 80-an dan trend pada awal 90-an. Entah kenapa aku suka dengan nama ini. Aku juga sering menggunakan kata ogut untuk mengganti kata gue yang menurutku agak kejakarta-jakartaan. Aku juga sering dipanggil Ogut oleh teman-temanku yang di Jakarta saat ym-an, karena aku sering menggunakan kata ogut.

Menurutkun Ogutz adalah nama yang keren meskipun jauh dari kebetulan. Dan sepertinya asik juga kalau diaplikasikan; “Halo, udah kenal sama Ogutz? Ogutz adalah maskotnya TELAP12. Dan Ogutz suka Mie Persis”

 

 

Execution

Bagiku bulan Maret adalah bulan yang sangat bersejarah di tahun 2012. TELAP12 mulai launching di bulan itu, dan semuanya serba terburu-buru karena masih ada yang belum siap. Penginnya mundur lagi, tapi uang sewa sudah terlanjur dibayarkan. Sudah beberapa kali kita mengundur rencana. Mau mulai buka pas tahun baru Imlek, tapi tempat belum dapet. Lalu diundur pas hari Valentine, tapi gerobak belum jadi. Hingga mau tak mau pokoknya Mei harus mulai buka.

Rencana awal mau buka pas weekend tanggal 3 Maret, tapi desain spanduk untuk tendanya belum selesai. Akhirnya kami sepakat untuk buka hari Senin tanggal 5 Maret, dan hari Sabtu mau tak mau desain harus bisa kuselesaikan, biar hari Senin hasil cetaknya bisa diambil dan langsung dipasang sorenya. Sampai-sampai tanggal 3-4 aku merelakan nggak ikut piknik kreatif. Namun ternyata Senin masih ada juga yang belum siap, bahkan variannya masih kurang Cakalang rebus.  Mau buka hari Selasa, kokinya si Heru sedang ada jadwal siang sampai hari Kamis. Busyet! Hingga akhirnya diputuskan bulat mulai buka hari Jum’at tanggal 9 Maret. Daripada nggak dapet apa-apa di hari Senin, akhirnya aku bikin dulu twitter-nya.

Kamis H-1, aku dapet sms dari Bosiran untuk diprint-kan menu harga. Malam Jum’at itu aku maksimalkan tenagaku untuk lembur bikin menu harga. Masak hanya ketikan di kertas putih lalu dilaminating? Akhirnya aku kebut sampai jam setengah dua lalu tidur meski belum selesai. Adzan subuh membangunkanku dan aku merasakan hawa Jum’at pagi yang penuh barokah. Selesai subuhan aku melanjutkan lagi mendesain buku menu sampai jam 07.30. Habis itu mandi, lalu segera meluncur ke Graphico di Jl. Kaliurang untuk nge-print sekligus melaminatingnya.

 

 

Dan benar saja, Jum’at itu aku merasa bahwa hari itu adalah waktu yang tepat untuk memulai usaha TELAP12. Karena kebetulan hari itu mendapatkan sms dari PKPU SMS Center: Sesungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal (HR Dailami) Membaca sms tersebut aku jadi semakin bersemangat 🙂

Habis jum’atan sekitar jam 2-an siang aku ijin dari kantor untuk segera meluncur ke Jl. Pandeyan membantu eksekusi dan menyerahkan buku menu. Di sana sudah ada Bukron yang juga teman dari CITS yang bersedia diajak untuk membantu, sedang memasang kabel listrik. Sementara di rumah mertuanya Bosiran si Heru sedang memasak.

Meskipun diundur dari Senin ke Jum’at, tapi tetap saja persiapannya masih kurang. Dan kalau di-list ternyata banyak sekali. Belum beli jeruk lah, belum beli pokcay, selada, teh, beras, saos dan kecap, sampai es batu. Akhirnya siang itu sampai sore aku dan Bosiran puter-puter ke pasar dekat terminal Giwangan mencari bahan-bahan untuk garnis. Dan baru jam 5 sore, gerobak bajak laut baru siap untuk berlayar. “Angkat jangkar! Kapalnya mulai berlayar!” begitu teriak anak-anak yang mengiringi gerobak itu dibawa ke tempat jualan. Suasananya gegap gempita seperti saat keberangkatan kapal Titanic 🙂 Ketika gerobak sampai di tempat, mulailah memasang tenda dan menyeting tempat untuk memasak.

 

 

Semuanya serba gugup, karena ini baru pertama kalinya aku membuka usaha kaki lima-an. Perkiraan semuanya siap sebelum maghrib, dan bisa maghriban berjamaan di masjid yang hanya beberapa langkah dari tempat TELAP12 berada. Namun pas adzan maghrib pun kita masih sibuk menyiapkan segalanya. Ya Allah, ampunilah hambamu yang senantiasa berusaha untuk selalu istiqomah jama’ah di masjid, namun masih juga bersibuk ria kewalahan memasang tenda, seolah menghiraukan saja panggilan itu. Kurasa ini merupakan ujian saat dihadapkan pada masalah dunia yaitu mencari rizki. Iqomah sudah dikumandangkan, dan pekerjaan tinggal sedikit lagi. Hoi! rizki itu yang ngasih Allah. Aku langsung tersadar untuk segera meninggalkan pekerjaan dan bergegas ke masjid. Habis sholat aku merenung sebentar; “Ya Allah, berikanlah dan barokahilah kami rizki yang banyak. Dan jangan jadikan aku lengah dan semakin jauh dari-Mu karena masalah dunia seperti halnya Tsa’labah”. Na’udzubillah, aku jadi teringat cerita Tsa’labah pada masa Rasulullah, celakalah Tsa’labah!

 

First Customer

Habis sholat kembali ke warung, gantian Bosiran yang sholat maghrib. Semuanya terlihat sudah siap untuk melayani pelanggan. Alhamdulillah, ada pelanggan pertama yang datang. Pelanggan pertama adalah cewek berjilbab, eh akhwat hehe… Sendirian lagi. Buku menu langsung disodorkan agar dia bisa memilih varian yang disukainya. Dia akhirnya memilih Mie Goreng Rendang, dan dibungkus. Lhadalah! Kita belum siap dan tidak terpikirkan bagaimana kalau ada pelanggan yang mau dibungkus. Untung saja dekat dengan Swalayan Pamela 2. Kebetulan ada bungkus semacam box lunch dari bahan stereofoam seperti Pop Mie. Si koki Heru langsung beraksi untuk pertama kalinya. Mie Goreng Rendang Rp. 9000 itu akhirnya menjadi pesanan pertama. Dan uang Rp. 10.000 dari cewek itu sampai kini masih disimpan di box stereofoam.

 

 

Selanjutnya setelah cewek tersebut ada 2 pelanggan lagi. Bosiran yang kebetulan sudah selesai sholat juga melayani. Saat 2 pelanggan tersebut mau bayar, Bosiran memberikan diskon 25% untuk promo hari pertama. Pokoknya pelanggan yang datang pada hari itu semua dapat diskon 25% sebagai promo. Waduh, berarti pelanggan pertama tadi harusnya dapat diskon 25% dong? Aku nggak tahu apakah cewek itu bakal kembali lagi untuk mencicipi varian yang lain. Kapan-kapan kalau kembali lagi didiskon deh, tapi sayangnya aku lupa wajahnya hehe…

 

Steal The Attention

Malam pertama (jualan maksudnya) selain menunggu pelanggan yang datang, kita juga menikmati reaksi setiap orang yang melewati warung TELAP12. Semua yang lewat kebanyakan pada nengok ke warung TELAP12, dan kita ketawa hehe…. Ada yang melambatkan sepeda motornya karena penasaran. Ada yang berhenti sebentar, membacanya, lalu pergi lagi, ada pula yang langsung mampir. Dan setiap orang yang diboncengin kebanyakan perhatiannya tak lepas dari spanduk TELAP12. Ada pula anak-anak yang penasaran dengan spanduknya apakah memang disajikan persis, sambil nanya-nanya. Apalagi spanduknya terekspos jelas karena didukung oleh lampu jalan yang sinarnya pas jatuh tepat di warung TELAP12. Malam itu kita berhasil menjual 8 porsi. Sebuah jumlah yang lumayan mengingat kita awal buka tanpa promo atau sounding kemana-mana. Malam itu pelanggan seolah mak bedunduk datang immediately. Saya rasa desain spanduk tersebut bekerja cukup baik. Dan alhamdulillah, setiap pelanggan yang datang pasti komennya “Ini kreatif sekali Mas”. Bahkan ada yang bilang “Mas, ini pusatnya mana sih?” Belum buka cabang sudah ditanyain pusat, hehe…

 

 

The Long March

Bulan maret seakan menjadi bulan yang panjang bagi para awak TELAP12. 2 hari pertama sudah sangat membekas. Pengalaman pertama yang menjadi kendala sebenarnya adalah masalah bongkar pasang tenda. Sebenarnya mudah, tapi sayangnya kerangka tenda dan gerobak itu tidak bisa ditinggal di dekat rumah dimana lokasi kita jualan. Jadi harus diangkut becak ke rumah mertuanya Bosiran. Ngangkutnya pun dua kali karena ditambah dengan mengangkut piring-gelas, ember-ember dan meja portable untuk lesehan. Dan untuk pasang maupun bongkar dibutuhkan waktu hampir 2 jam-an. Sedangkan gerobaknya harus didorong dua orang karena sangat berat sekali meskipun gerobaknya pakai 2 roda becak.

Malam kedua hujan deras, namun membuat kita tambah semangat karena malam itu malam minggu. Apalagi hujan-hujan gini enaknya nganget Mie Persis macam Kari Ayam atau Soto Mie. Kita mencoba setingan baru untuk menghemat pengangkutan, tapi setingan tersebut terlihat kurang enak dipandang. Habis maghrib belum juga ada pelanggan. Pelanggan baru datang jam 20:30. Seorang anak kecil datang diantarkan bapaknya. Yang pesan cuma anak kecil itu, bapaknya enggak. Sepertinya itu anak kecil yang kemarin-kemarin penasaran setelah melihat-lihat menu. Dia pesan Mie Goreng Vegan. Dikasih varian yang lain seperti Mie Goreng Rendang yang ada iklannya di TV tetap saja nggak mau. Sepertinya dia sangat berambisi ingin memesan dan mencoba Mie Goreng Vegan, karena terbukti habis dengan lahap.

Habis itu sampai jam sebelas nggak ada yang mampir. Kalaupun ada itupun temen sendiri. Daripada grundel, akhirnya aku ke masjid sholat Hajat dan nyemplungin beberapa ke kotak masjid. Kembali ke warung, ternyata ada satu pelanggan naik Honda WIN. Alhamdulillah, hari kedua laku dua, hehe… Begitu pelanggan kedua selesai menghabiskan Mie Persis, waktunya bongkar tenda karena malam sudah terlalu larut. Jalanan sudah sangat sepi dan membuatku ingin selalu bersyukur meski cuman laku dua. Aku bikin tulisan Arab alhamdulillah di aspal dengan air bekas cucian.  Malam itu mungkin bukan malam yang terbaik, namun patut untuk disyukuri. Begitu semuanya sudah beres, langit pun terlihat indah dengan cincin cahaya bulan purnama.

 

 

Malam berikutnya pelanggan lebih banyak daripada malam pertama. Dan awak TELAP12 lama-lama semakin terbiasa dengan pola bongkar-pasang tenda. Gerobaknya pun sekarang lebih ringan dan nggak perlu didorong dua orang karena sudah dikasih roda tambahan di bagian belakang. Lampu penerang jalan seolah menjadi matahari malam. Ketika lampu jalan malam menyala, berarti kita sudah siap.

 

 

Penjualan terus meningkat. Bahkan pada hari keenam ada yang datang dan mau membeli franchise TELAP12, padahal belum sebulan. Kami belum menyanggupi ke proses franchise karena baru saja merintis. Ini adalah usaha yang mulai dari titik nol, dan biarkan kami yang mengemongnya dulu sampai berkembang dewasa. Mie Cakalang Rebus menjadi varian yang paling laris. Dan dalam 2 minggu sudah menghabiskan 3 box yaitu Cakalang Rebus, Rendang, dan Kari Ayam, disusul yang lainnya. Kita juga melayani paket delivery lunch, yang pesan petakumpet alias kantor sendiri, hehe….

 

Pelanggan di daerah Pandeyan pun mulai tahu, dan perlahan TELAP12 mulai dikenal di daerah itu. Dan lama-lama pelanggan pun mulai memiliki variasi permintaan yang agak neko-neko, namun tetap kita layani. Misalnya seperti pesan Mie Cakalang tambah ceplok, Soto Mie tambah sate, atau Mie Goreng Sate dikasih kuah sedikit, dsb.

 

 

Bulan pertama penjualan sudah bisa menjual 400-an lebih mie, dengan rata-rata perhari 15-20 pelanggan, bahkan pernah sampai 30-an lebih. Sebuah angka yang lumayan mengingat kita bukanya dari jam setengah enam sore sampai jam sebelas malam. Laporan bulan pertama menunjukan keuntungan yang jelas meski nggak langsung banyak banget. Sepertinya bisnis lucu ini menjanjikan prospek yang cerah, hehe….

 

genk kreatif petakumpet ikut nglarisi

genk kreatif petakumpet ikut nglarisi

Print Ad TELAP12 di bulletin

aku dan Bosiran, sedang bersantai sejenak

 

Step by Step

U-beibeh! Usaha ini memang masih jauh dari sempurna. Masih banyak strategic planning yang belum direncanakan untuk kedepannya. Proses branding-nya masih kecil-kecilan dan baru dimulai dari kaki-limaan. Promosi online-nya pun baru melalui twitter yang meningkatnya masih mengusung slogan ‘pelan-pelan banyak follower’ hehe… Masih jarang ditemukan usaha kaki-lima yang promosi pakai twitter, apalagi kita sudah memberikan stiker keren ala Seaworld atau Taman Safari ke pelanggan. Padahal brosur dan kupon diskonnya belum dibuat, hehe urutannya jadi terbalik. Tapi paling tidak usaha ini bisa untuk belajar leadership sekaligus belajar untuk me-manaje sesuatu dengan cara yang menarik namun simpel. Masih banyak kekurangan dan hambatan-hambatan yang pasti akan menghadang. Makanya jangan terlalu girang, ini baru permulaan. Mendirikan dan menjalankan usaha TELAP12 hampir sama seperti menemukan harta karun paling berharga bagiku. Ketika hari mulai petang dan matahari perlahan terbenam, disitulah sebenarnya petualangan dimulai… ‘Alaniyah Al-fatihah…

Tags:

61 Responses to “TELAP12 the untold story”

  1. arip Says:

    Tulisane dowo tenan, jan marai ngiler…

  2. misbahulbukanmunir Says:

    tadi masih scrolling down saja, sangat menarik untuk dibaca, tapi karena memang terlalu panjang, dibaca di rumah saja nanti malem. Seru juga bikin menu yang sama persis dengan bungkusnya. Keren 🙂

  3. superblacksampler Says:

    ada rencana buka franchise ke luar jogja ga?

  4. indri Says:

    sukses ya om husny pake y
    semua orang yang kucritani senyumsenyum geli dan ingin lekas kemari (Telap12)
    🙂

  5. Agung Cahyadi Says:

    Banyak cerita sukses yang saya tahu tapi cuma ini yang sangat realistis bagi saya. Sukses dengan bisnisnya ya.

    Semoga tulisan yang saya baca ini menjadi titik balik tuk saya pribadi tuk bikin usaha 🙂

    terima kasih.

  6. misbahulbukanmunir Says:

    Mas Husni, saya sudah baca dengan seksama dan cermat, hehehehe. MasyaAllah kisah perjuangannya salut banget. Dan postingan ini juga saya tunjukkan k temen2 kampus di Malang, mereka hanya bisa bilang WOW. Takjub mas 🙂 Semoga sukses dan bisa jadi franschise nomer wahid di Indonesia :)0

  7. arifyanti Says:

    inspiringly (pake y) husny

  8. Oza Says:

    Salam kenal, mas husni. Bisa dibilang gw adalah silent reader blog ente dari…mungkin sekitar 1 tahun lebih ya. Dan baru kali ini ninggalin jejak di sini karena pengen ngomentarin bisnis barunya.

    Kenapa? Karena mie persis ini samaaaaaa banget dengan apa yang gw pikiran 3 – 4 tahun lalu. Bahkan sampe ke namanya juga, Mie Persis. What a coincidence?! Atau jangan2 elu nyuri ide mie persis ini dari mimpi gw? Hahaha.

    Bedanya adalah ide gw ttg mie persis gak dieksekusi dan hanya jadi pikiran liar tentang ide bisnis yang berkecamuk di kepala. Insya Allah didoaken supaya bisnisnya langgeng & semakin sukses ya. Jangan lupa tiker plastiknya diganti dengan yg lebih senada sama merek.

    Salam hangat,
    Oza

    Ps: jangan terlalu cepet nambah varian. Konsumen bisa bingung & kalau terlampau cepet bisa bosen juga.

    • husnimuarif Says:

      Terimakasih atas doa dan sarannya 🙂

      Di dunia ini kesamaan ide itu pasti ada,meski dalam bidang yg berbeda. Saya juga sering menemukan kesamaan ide dalam membuat iklan. Sering iklan ataupun copy yang kami bikin akhirnya nggak jadi dieksekusi karena sudah ada yang membuatnya di beberapa produk tertentu bahkan dari negara lain. Saya hanya belajar dari ‘Think BIG,Start small, move F>ST’. Sebuah ide besar (apalagi kalo sudah lama) sebaiknya cepat dieksekusi. Mulailah meski dari langkah yg terkecil. Apalagi di era digital sekarang, semua dituntut ekstra cepat.

      Thomas Alva Edison pernah kalah cepet sama Alexander Graham Bell dalam klaim penemu telepon. Meski bentuk telepon standar sekarang mengacu pada apa yg disempurnakan oleh Thomas Alva Edison, tetap saja Graham Bell yg dapet nama karena dia yg mengklaim duluan. Contoh yg lain adalah ketika batik kita pernah diklaim Malaysia karena mereka yg duluan yg mendaftarkan hak patennya. Iklan A-Mild pernah menyindirnya “Siapa cepat dia paten” Apakah ini adil? Entahlah 🙂 Tapi pernyataan dari Rupert Murdoch ini mungkin ada benarnya:

      “Dunia sdg berubah dg sangat cepat. Bukan yg besar lagi yg akan ngalahkan yg kecil, tapi yg cepat mengalahkan yg lambat!”

  9. panjangITUpanjoel Says:

    mantaff

  10. namarov Says:

    wuaaahh..duowoo pool..tapi asiik!!
    Jadi gak bisa ikut piknik kreatip, jebul.ee..kkk
    ajiib lah mas ternyata perjuanganmu sebenarnya dan perjuangan ngetik di blog,haha… btw artikel iki apik tenan dari greeting>closing pie nek nyolek agan dananmckagan biar di post ke..the larger community..biar bisa jadi pilihan tempat kopdar mreka nantinya *ngarepdotkom. 😀

  11. jonibalbo Says:

    mantaps banget bwos!! SALUT untuk rintisan bisnisnya, semoga makin jaya..

  12. jcn4786 Says:

    sukses mas dab, idenya maknyus
    yuks kita buka d jakarta

  13. trio Says:

    mas husni idenya kereen… semoga banyak cabang luar kota + gandeng indofood / wingsfood.
    jangan lupa buat strategi biar repeat order konsumen. takutnya penasaran tok di awal trus ndak balik lg setelah nyoba.
    salam dari solo, ne dolan jogja tak mampir wis. 🙂

  14. Ibnu Irmanto Says:

    Jos gandos.. Tak bantu promosikan ke temen2 di jakarta & bandung yg suka Traveller… 🙂

  15. mima Says:

    pinterrrr ihhh.. jadi sudah dibukain jalan franchise belum? 😛

  16. gohijau Says:

    mantep.. jangan lupa brand nya didaftarkan mas.. jangan sampe dah tenar tiba2 harus kehilangan merk yang dah susah payah dibangun…
    Sekalian nama Mie Persis nya juga dipatenkan..

  17. vita radian Says:

    Sebenarnya yg mau saya comment bukan tentang bisnisnya mas husni..tapi tentang sejarah kesamaan almamater kita..
    holaaaa..ternyata kita pernah satu almamater+satu angkatan
    pantes td liat foto2nya, kyknya g asing
    yah..meskipun dulu mungkin g saling kenal (karena di CITS banyak prodinya)..tapi seneng deh tau temen yg pernah satu almamater dah sukses 😀
    semangat y mas husni..sukses selalu 🙂

  18. Yezsi Zakaria Says:

    buka cabang di kebon jeruk jakarta barat dund…

  19. duo Says:

    kalo ada yang pengen buka di jakarta pengen beli ini 😀

  20. Dion Says:

    Terimakasih inspirasinya mas…
    Menambah motivasi saya untuk total berbisnis…

  21. deddy Says:

    Kalian hebatt…
    Pertahankan yaa, soalnya lebih susah mertahanin dripda memulai.. 🙂
    Semangatt broo…,,

  22. Marsha Zuardi Says:

    Mas saya maret ke Jogja, minta alamat lengkapnya ya, sama ancer2nya kalo dari arah malioboro. Penasaran nih, maturnuwun , sukses selalu ya. 🙂

  23. Dewi Ndut Says:

    Wihhhhh keren, asli kereen idenya …..

  24. Stefanus Tan Tan Says:

    kereeennnnnnnnnn. kreatif idenya.

  25. masmas Says:

    Wah..mantep tenan idenya sangat inspiratif..Salut..!! Boleh gak saya jiplak idenya mas? Ato mesti franchise? kl dibuka franchise-nya boleh lah sy daftar. Sy jd tertarik jg nih bisnis ginian. .

  26. Sayu Djauhari Says:

    keren gan, lanjutkan !!

  27. nirmala Says:

    Wah keren.. Mas, aku bisa minta emailnya mas? matur nuwun… reply d email ku aja mas..

  28. nirmala Says:

    Mas.. saya sdh kirim ke email.. Mohon tanggapannya.. Makasi 🙂

  29. amru Says:

    Allah selalu bersama dengan orang yang berani mengambil resiko

  30. Ronin IT Says:

    “menjadi orang sukses itu pilihan dan menjadi orang gagal juga adalah pilihan”..ternyata mas husni berusaha menjadi orang sukses..semoga lancar mas..walau kecil yang penting barokah..

  31. skpetikal Says:

    sudah di franchise kan mas??

  32. rindang Says:

    Salam kenal dari Surabaya ya mas Husny.. Salut mas,,inspiring story..semoga terus berlembang. emejing and awsem lah pokoknya..insya allah klo minggu depan jadi ke yogya,saya maw mampir ke Telap12..semoga ga nyasar aja kesananya hehehe..

  33. Deta Says:

    Sekedar saran, mungkin lunch box untuk pesanan dibawa jangan yang terbuat dari styrofoam, dicari alternatif yang lain, selain tidak ramah lingkungan, styrofoam juga tidak baik dalam menjaga mutu makanan

  34. Santri Says:

    Salam Kenal dari Jakarta, saya sangat kagum dan salut atas segala usaha yang dibuat, semoga semakin berkembang dan maju, bila berkenan sudilah mampir ke rumah saya, dan bila ingin buka cabang di Jakarta Selatan saya siap membantu, karena kebetulan saya juga buka usaha sendiri, mohon maaf menganggu.
    contact me via email y

    • husnimuarif Says:

      Terima kasih. Kalo berkenan, bisa minta tolong kirim email nama alamat dan no. hp ke husni.muarif@yahoo.com ? Siapa tahu klo2 saya ada acara ke Jakarta, saya bisa mampir, Insy’Alloh. Sudah lama saya kangen ke Jakarta 🙂

  35. omsqu Says:

    keren mas. semoga makin lancar rejekinya dan makin banyak sodaqohnya. liat gambarnya aja bikin ngiler.
    barakallahu fiikum.

  36. hasan faqih a Says:

    mas kalo udah buka franchise kabar kabar yah ,ane di semarang masih kuliah ,disini yah mas hasanfaqiha@gmail.com ,insyaallah ane tertarik banget hehe

  37. Ibrahim Vatih Says:

    Catatannya inspiratif banget. Menakjubkan!

  38. moocensusan Says:

    keren-keren… kreatif.. 🙂

  39. Amanda Martadinata Says:

    Kerennnnnn. Pengen nyoba :3

  40. Atik Faizah Says:

    buka di jember dong…

  41. Anggit Trinindito Says:

    wah mantap besok mampir ya gan

  42. ipanase Says:

    aku lihat iklannya di depan amikom… kreatif dan inovatif sangat…. kapan2 nyoba ah…..
    selamat dan sukses om…

  43. Aulia Rahmah Alhafidz Says:

    wah keren banget gan, coba ada cabangnya di bogor (y)

  44. Mammon Says:

    Bisnisnya emang keren banget, kreatif inspiratif, ternyata ownernya pun orang advertising yg notabene “kreatif”. Btw, saya mahasiswi komunikasi (Advertising) di salah satu univ swasta jogja, dan kebetulan dapet matkul Copywriting dan dapet tugas remake headline dari usaha unik yg ada di Jogja, kemudian kelompok sy sepakat pakai Mie Persis Telap untuk eksekusi headline, kami mencoba mengemas headline agar lebih menarik dan lebih kece. Mohon izin ya Mas 😀 Sukses terus bisnisnya yaaaa. Aamiin O:) Salam kenal dari saya dan teman kelompok ;D

Leave a reply to deddy Cancel reply