Posts Tagged ‘Superman’

KINGDOM COME

September 29, 2012

Logo pada kaos di atas adalah logo Superman pada komik Kingdom Come. Bagi yang mau, bisa pesan di https://husnimuarif.wordpress.com/kaos/kingdom-come/  Kaosnya sudah ready stock dan dibikin dalam jumlah terbatas. Jadi buruan sebelum kehabisan 🙂 Sepuluh tahun aku mendambakan bisa punya kaos ini. Tepatnya sejak aku mulai lulus dari SMA tahun 2002 silam. Kingdom Come adalah komik karya Mark Waid dengan sentuhan art yang luar biasa dari Alex Ross. Keempat komiknya menjadi koleksi paling berharga bagiku saat ini.

 

Awalnya aku tak menghiraukan teaser dari buku ke-12 Petualangan Batman yang merupakan edisi terakhir yang aku koleksi sejak kelas 3 SMP. Teaser yang sama sekali aku tak paham. Dan aku kira itu adalah foto hitam putih, tapi ternyata itu adalah gambar ilustrasi.

 

Aku tak sengaja mendapatkan komik Kingdom Come di pinggiran pecinan dekat toko jam Murni, di Jepara setelah Ujian Akhir Nasional. Awalnya sih untuk ngecek siapa tahu ada buku ke-13 Petualangan Batman, tapi ternyata buku yang ke-12 masih terpampang di sana. Dan tiba-tiba saja pandanganku langsung tertuju pada logo DC Comics yang lama.

Aku sempat ragu untuk membelinya, karena buku pertama Kingdom Come tidak menunjukkan sosok superhero, namun The Spectre dan para villain yang tak ada satupun yang aku kenal. Aku bahkan tidak tahu Kingdom Come itu apa, kalau judulnya Superman atau Batman mungkin langsung aku beli. Tapi logo DC Comics itu benar-benar mengusikku. Akhirnya aku membelinya dan nggak bilang-bilang sama ibuku maupun kakakku. Karena Rp.15.000 bisa untuk makan enak rutin dalam 3 hari buat anak kos di Jogja saat itu. Tapi aku nekat, kalaupun isinya tak memuaskanku paling tidak aku suka dengan ilustrasi covernya. Dan ketika aku buka, aku terpukau dengan goresan realis dari Alex Ross. Pada halaman tengah aku sempat penasaran dengan sosok lelaki desa yang didatangi Wonder Woman. Sepertinya itu Superman.. Dan pada halaman akhir inilah aku langsung tersenyum, itu Superman yang sudah tua!

 

Tiba-tiba aku teringat dengan koleksi Arman Maulana (vokalis GIGI) yang diliput majalah Hai yang mengulas X-MEN pada tahun 2000. Arman pernah punya koleksi kesayangan yang dibelinya dari Amerika. Ceritanya tentang Superman yang sudah tua dengan keadaan dunia yang sudah kacau. Aku langsung cari majalah Hai tersebut dan melihat Arman Maulana sedang membawa buku Kingdom Come keempat alias yang terakhir (saat itu aku belum tahu) Begitu tahu buku yang dimaksudkan Arman adalah Kingdom Come aku menjadi semakin yakin, aku tak sia-sia membeli komik ini!

 

Masalah selanjutnya adalah bagaimana caranya aku bisa beli Kingdom Come berikutnya. Harus ngumpulin berapa kali nih dari uang saku? Lagian aku nggak tahu sampai buku keberapa cerita ini berakhir. Ketika aku ke Jogja untuk bimbel di Neutron buat persiapan SPMB, aku tak sengaja menemukan buku Kingdom Come kedua di Gramedia saat jalan-jalan ke Malioboro Mall. Cover kedua memperlihatkan Superman, Wonder Woman, dan superhero lainnya yang semuanya sudah tua. Aku langsung membelinya dan dalam hati meminta maaf kepada ibu karena memakai uangnya 🙂 Tak lama kemudian buku ketiga muncul di Gramedia dengan cover Batman dan superhero lainnya. Sekali lagi aku meminta maaf dalam hati pada ibu dan mulai menghemat pengeluaran makan. Dan ketika aku balik ke Jepara untuk persiapan SPMB, aku dapati buku yang dipegang Arman Maulana alias buku keempat sudah ada di emperan pecinan. Aku membelinya langsung dengan uang tabunganku dan pulang ke rumah sambil menyembunyikan komik Kingdom Come di balik baju. Dan sampai kini aku mempaketnya jadi satu dengan plastik segel dari buku pertama.

 

SPMB sudah berlalu, dan aku tidak diterima. Aku akhirnya mengambil program D1 Desain Grafis di CITS-UGM meskipun aku diterima di Ekstensi Arsitek Undip. Begitu hijrah ke Jogja aku fotokopi cover buku keempat dengan ukuran sebenarnya dan yang diperbesar. Aku taruh fotokopian ukuran sebenarnya diam-diam di figura kamar sebelum kepergianku ke Jogja. Sampai Jogja aku taruh fotokopian yang diperbesar menjadi poster menghiasi kamar kos kecilku.

Sejak kuliah di desain grafis CITS aku mulai mempelajari goresan Alex Ross dengan cat poster. Dan ternyata berguna untuk menyelesaikan Tugas Akhir-ku dengan nilai sempurna dan mengantarkanku cumlaude meskipun cuma program D1. Melanjutkan ke D3 Advertising komunikasi UGM, aku bikin duplikasi goresan hitam putih dari halaman komik, menjadi ukuran poster pada Desember 2003. Karya aslinya aku figura dan pajang di rumah di Jepara. Orang mengira itu adalah foto, padahal lukisan goresan dan dussel dari pensil. Sayangnya figura itu kini kena bocoran air hujan, sehingga rusak. Aku sempat menduplikatnya dengan memfotokopi ukuran sebenarnya di Prima dekat Mirota Kampus Simanjuntak. Meskipun hasilnya masih lebih bagus yang aslinya, namun aku tetap menyimpannya dan menjadi satu-satunya yang terselamatkan saat ini. Susah sekali mendapatkan poster ini.

 

Desember 2004 aku menduplikasi lagi ilustrasi hitam putih Alex Ross dari komik ke media ukuran 80 x 60 cm. Menghabiskan beberapa pensil 8B, 6B, 3B, dan 2B. Meski ada beberapa warna yang mulai kusam, tapi aku masih menyimpannya dan menjaganya saat ini (baca postingan https://husnimuarif.wordpress.com/2010/06/01/mentari-sudah-mulai-bergeser/) Tahun 2005 aku ingin menduplikasi lagi gambar cover pertama Superman yang dirombak lagi oleh Alex Ross. Sayangnya terbentur dengan tugasku sebagai ketua pameran saat itu, magang dan Tugas Akhir pada 2006. Tahun 2007 tuntutan akan pekerjaan di petakumpet menjadikan rencana itu akhirnya terlupakan hingga sampai aku tak di sana lagi. Entah apakah aku akan menyelesaikannya, karena ternyata banyak rencana-rencana yang antri dan tidak terselesaikan saat aku terlalu sibuk di petakumpet. Terakhir, aku dapati Coldplay menciptakan lagu berjudul ‘Til Kingdom Come’ dan menjadi soundtrack di film The Amazing Spider-Man besutan sutradara Marc Webb.

Kingdom Come adalah salah satu karya yang memberikan banyak pengaruh bagiku dan mampu mengubahku, bahkan mungkin termasuk penulisnya. Jauh sebelum membuat Dunia DC Comics hampir kiamat dengan Kingdom Come, Mark Waid meniti karirnya dengan menulis buku-buku yang tidak berumur panjang macam The Crusaders untuk Impact Comics. Saya rasa Alex Ross juga menjadi sangat terkenal gara-gara Kingdom Come. Kingdom Come adalah karya hebat sepanjang masa. Seperti Watchmen atau V for Vendeta karya penulis legendaris Inggris Alan Moore. Pingin banget rasanya bikin karya sekali namun bisa dikenang untuk selamanya. Entah apa, dan entah kapan…

Superman-Lifebuoy dan the Law of Attraction

September 15, 2011

Sudah 20 tahun lebih aku mengingat-ingat adegan gambar komik itu. Logo Superman yang ditusuk pisau dan Superman yang konyol berlari-lari melewati petani. Waktu aku masih kecil, mungkin sekitar tahun 1987 atau 1988. Tapi yang jelas komik Superman hadiah dari sabun Lifebuoy ini muncul pada tahun 1985. Dan saat aku melihat komik itu aku bingung, Superman yang begitu luar biasa kenapa terlihat konyol dan lemah? Apalagi saat melihat kovernya. Maklum saat itu aku belum bisa baca, kemampuan mengingat gambarlah yang sangat kuat. Kemudian saat aku kehilangan komik itu, aku masih saja penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan ceritanya.

Ingatan logo Superman ditusuk pisau dan Pak Petani sedang melihat Superman berlari itu masih terus ada di kepalaku saat ini. Dan keinginanku untuk bisa mendapatkan komik Superman hadiah dari Lifebuoy itu sebenarnya sudah sangat lama sekali. Dan setelah sekian lama akhirnya aku mendapatkannya dengan searching di Google. Aku pun langsung membelinya secara online, begitu tahu kalau stoknya masih ada. Satu dihargai Rp 10.000 dan aku langsung memborong 6 komik itu. Bagaikan mimpi! semua komiknya masih dalam kualitas bagus. Dan yang paling membuatku terkejut adalah salah satu dari komik itu ada komik yang kuingat adegannya sejak kecil. Logo Superman ditusuk pisau dan Pak Petani sedang melihat Superman berlari.

Akhirnya setelah lebih dari 20 tahun rasa penasaran terhadap cerita komik Superman-Lifebuoy waktu aku kecil tersebut terjawab sudah. Ternyata ada salah satu tokoh kocak yang namanya Ambush Bug ciptaan Keith Giffen dengan gaya gambar selengek’an ala Frank Miller. Disitu diceritakan Ambush Bug tak sengaja melakukan teleportasi ke Superman. Sehingga Ambush Bug ada di tubuh Superman, dan Superman di tubuh Ambush Bug. Dan parahnya Ambush Bug tak terbiasa menggunakan kekuatan Superman, jadilah aksi-aksi konyol.

Sepertinya ini bukanlah sebuah kebetulan belaka, tapi inilah hukum Law of Attraction (LOA). Pikiran bawah sadarku telah menariknya begitu kuat hingga akhirnya keinginanku untuk mendapatkannya terwujud saat aku benar-benar membutuhkannya untuk salah satu eksperimen penting tahun ini. Kadang tertariknya keinginan itu sangat lama dan bisa puluhan tahun, dan kalau ‘match’ tanpa disadari hukum ini bekerja pada waktu yang tepat. Allah sudah mengaturnya melalui alam raya ini. Sebenarnya aku masih mempelajari hukum LOA ini, dan sepertinya perlu menonton dulu the Secret karya Rhonda Byrne.

Ada banyak cerita mengenai LOA ini. Yang paling kuingat adalah saat aku menginginkan CD BATMAN Under The Red Hood. Setiap ke Giant, habis dari kasir aku selalu melihat-lihat CD dan DVD film-film terbaru. Dan aku tertarik dengan CD BATMAN Under The Red Hood. Kebetulan kalau tidak salah harganya saat itu Rp 45.000. Ingin sekali aku membelinya, namun sepertinya uang ini sayang sekali kalau dibuat untuk membeli kebutuhan yang tidak terlalu penting itu. Setiap membayar belanjaan di kasir aku selalu melihat rak tempat CD BATMAN itu. Namun lama-kelamaan aku sudah tidak memikirkan CD itu. Namun suatu hari, tiba-tiba habis membayar belanjaan di kasir ada orang datang membawa CD BATMAN Under The Red Hood kepadaku. Lalu dia bilang “Mas CD ini sekarang didiskon lo, hanya Rp 10.000”. “Hloh!” aku langsung terkejut dan senang sekali. Bagaiman bisa orang yang nggak kenal aku dan mungkin tak tahu kalau aku mengincar CD itu datang menyuguhi langsung di hadapanku?

Lalu dengan semangat aku langsung membelinya “Ya udah Mas, aku beli” “Tapi belinya harus tiga Mas, 2 CD yang lainnya milih film apa?”. “Waduh…” Tiba-tiba pelayan itu mengantarkanku pada rak CD diskon yang di situ ada CD Batman Animated series Warner Bross arahan sutradara Paul Dini saat jaman aku masih SD seharga Rp 35.000 per kepingnya. Dan kebetulan 2 CD yang aku ambil adalah film Batman yang ceritanya aku sukai dan ingin sekali menontonnya berkali-kali. Well, akhirnya aku membeli 3 CD yang kuidam-idamkan dengan harga Rp 30.000. Alhamdulillah!

(tak mau) gampang menyerah

March 14, 2011

Aw, seharusnya ini postingan di bulan Januari. Memang akhir-akhir ini banyak sekali yang terlambat. Bukan karena penyesalan (tapi bisa jadi juga ding), tetapi karena waktu, kelelahan, dan banyaknya kepentingan yang berkaitan dengan pekerjaan yang menyerangku bertubi-tubi. Ini tentang buku the LOGO (lihat postingan the LOGO pada bulan Januari 2010) yang seharusnya pertengahan Desember tahun lalu sudah tinggal gladi resik. Aku nggak tahu apakah aku akan menyelesaikan buku itu, atau selesai membiarkannya begitu saja. Aku sudah menyelesaikan tulisannya sebanyak 145 halaman. Dan sekarang tinggal visualnya saja yang baru kuselesaikan 6 halaman dari 145 halaman. Aw

Mungkin terlalu menunggu banyak referensi. Sebenarnya buku Graphic Novel POWERS sudah cukup untuk referensi, namun hingga saat bulan puasa tahun lalu aku masih mencari referensi yang pas buat gaya visual untuk bukuku itu.

.

.

Salah satunya adalah buku Trilogi Kontrak dengan Tuhan karya Will Eisner (pencipta karakter The Spirit dan pendobrak gaya komik). Aku mendambakan buku itu sudah lama dan berharap ada di Indonesia. Dan ternyata tak sengaja aku menemukannya setelah penasaran dengan tas bertuliskan logotype Will Eisner (yang tulisannya seperti logotype Walt Disney) tergantung di Toga Mas. Aku penasaran dengan isi tas itu. Ternyata isinya kaos Will Eisner dengan visual A Contract with God di bagian depannya dan The Neighborhood Dropsie Avenue di bagian belakangnya. Aku langsung membelinya dan mengklik www.nalar.co.id yang tertulis di bagian punggung kaos untuk mengetahui apakah buku ini ada. Dengan susah payah aku bisa mendapatkan buku ini, karena tinggal satu. Itupun hanya di Toga Mas Galeria, dan sudah ada yang memesannya. Akhirnya dapat juga, meskipun aku tahu Will Eisner adalah seorang Yahudi, namun dialah perintis sebuah Graphic Novel. Dan kata novelis John Updike “Eisner bukan hanya mendahului zaman, bahkan pencipta sekarang pun masih harus berusaha meraih kualitas karyanya”

.

.

Yang terjadi setelah membeli buku tersebut adalah semakin bingung. Ceritanya memang keren dengan angle visual yang menarik, tapi sepertinya sangat susah sekali bila diterapkan ke dalam vektor. Ini adalah gambar goresan tangan dengan gaya arsir yang menawan dan tak mungkin diterapkan untuk visual the LOGO yang lebih ke arah vektor deco. Akhirnya pada awal Desember aku iseng membuka buku the Quitter (Gampang Menyerah) karya Harvey Pekar penulis American Splendor. Kebetulan ada satu yang tidak disegel di Gramedia. Setelah kubuka, inilah referensi visual yang pas untuk visual the LOGO! Sial, aku tahu buku ini sudah lama, mengapa aku tidak membelinya sejak awal waktu aku memulai membuat buku? Aku benci Yahudi! Dulu aku tidak membelinya karena aku tahu pengarangnya adalah orang Yahudi. Mengapa di seluruh belahan dunia ini orang Yahudi selalu lebih dominan? Lagu-lagu keren datang dari orang Yahudi. Joe Suster dan Jerry siegel, pencipta Superman juga orang Yahudi. Einstein, Steven Speilberg, atau Mark Zuckerberg! Aku benci facebook! Tapi ya mau bagaimana lagi? Secara tak sadar seluruh kehidupan kita sehari-hari juga sudah didominasi oleh orang Yahudi.

Tapi cobalah berpikir positif, jangan lihat darimana background orang Yahudi. Ambil yang positif, orang Yahudi ada juga yang baik, dan orang Yahudi yang tidak setuju dengan penyerangan Israel ke Palestina juga banyak. Cobalah melihat cara berpikir mereka. Tiru, lalu jadikan menjadi lebih baik lagi. Kembali ke buku The Quitter-Gampang Menyerah. Percuma kalau beli buku hanya diambil gambarnya saja sebagai referensi, baca juga ceritanya. Waw, ceritanya ternyata tak jauh beda dengan perjalanan hidupku yang selalu gampang menyerah. Setidaknya Harvey Pekar tidak menyerah dengan mengisahkan kisahnya ke dalam buku (novel grafis ) ini meskipun sepertinya agak terlambat. Setiap membacanya aku selalu berhenti untuk mengingat dan menghubungkannya dengan kejadian apa yang pernah kualami. Hmm.. buku ini bukan hanya bisa dijadikan referensi, tapi juga memang ogut banget, hehe…

.

.

Nah bagaimana dengan nasib buku the LOGO? Sepertinya aku mendapatkan feeling bahwa aku tak bisa menyelesaikan buku itu selama bulan Desember. Dan memang benar feeling-ku itu, pada bulan Desember kerjaan semakin banyak dan beban semakin kacau, ditambah dengan pembagian tim untuk perekrutan tim baru. Baiklah, aku benar-benar tak bisa menyelesaikan buku ini dan perlu manajemen waktu yang lebih disiplin antara kepentingan pribadi dengan pekerjaan. Tapi apakah aku menyerah begitu saja? Sepertinya aku tidak mau, dan aku berusaha untuk mencari jalan bagaimana untuk menutupi kegagalanku ini.

Kucek kembali beberapa visual yang sudah kubuat. Ada halaman dimana saat aku mengalami kegagalan yang sangat menyakitkan, aku selalu mendendangkan lagu Let It Be-nya the Beatles. Lagu Let It Be merupakan lagu dari pengalaman pahitnya Paul McCartney yang melibatkan ibunya. Di dalam lagu tersebut ada nama “Mother Mary” yang dalam mimpi Paul dengan berkata “it will be all right, just let it be”. Di halaman itu aku visualkan aku sedang di kursi bus memandangi jendela dan mendendangkan lagu Let It Be seolah ada paul McCartney sedang main piano di kaca bus tersebut. Visual Paul tersebut aku ambil dari video klip-nya di Apple Records. Lalu aku berpikir, bagaimana kalau visual itu aku jadikan kaos saja sebagai pelipur lara saat kaos itu kupakai. Akhirnya di bulan Desember tersebut aku fokuskan untuk membuat kaos itu. Dan jadilah. Kalau gagal bikin buku, ya dijadiin kaos aja.

.

.

Lalu memasuki bulan Januari tiba-tiba aku seolah mengalami keterpurukan yang kedua. Sepertinya aku perlu satu desain kaos lagi untuk menguatkanku. Tiba-tiba aku teringat dengan kaos Superman-ku pada saat SD kelas 5 dengan tulisan Can’t Hurt Me! Aku nggak tahu siapa yang bikin Superman gondrong yang baru saja bangkit dari kematiannya itu. Mungkin sih buatan Dan Jurgens. Aku cari-cari di Google nggak nemu-nemu. Akhirnya aku memotretnya lagi dan langsung aku path di Corel. Waktu nge-pathnya pun cukup lama, hampir 3 harian. Tapi aku bersemangat sekali mengerjakannya. Lalu saat jadi, aku hampir tak percaya, aku seperti kembali pada masa SD-ku dulu. Dan saat memakainya aku merasa kuat dan berkata seperti apa yang tertulis di kaos itu CAN’T HURT ME! Maksud sebenarnya sih ‘nothing can’t hurt my heart!’ hehe….

.

.

Begitulah caraku agar tidak gampang nglokro (menyerah) Aku sering melakukannya dulu. Aku nggak tahu bagaimana dengan melakukan hal seperti itu membuatku menjadi tenang. Dulu kalau sedang suntuk, cuma bikin pin-nya The Comedian-Watchmen atau stiker MAD bisa membuatku bersemangat kembali. Sebenarnya dulu aku juga sering membuat kaos untuk mengatasi keterpurukanku, tapi cuma satu doang. Dan sekarang aku tidak hanya membuat satu kaos saja, tapi sepuluh. Sekalian memanfaatkan peluang, seperti saat Anang bikin lagu setelah cerai dari Kris Dayanti, hehe… Yang mau pesan bisa lihat di pages => kaos. Persediaan terbatas!