Archive for February, 2013

Year One

February 23, 2013

Tahukah darimana Jepang bisa memiliki sebuah gagasan untuk membangun pangkalan dan landasan pesawat di tengah laut? Inspirasinya berasal dari lukisan seorang anak kecil yang mengikuti kompetisi melukis tingkat Asia. Impian dari seorang anak didik Kartika Affandi (anaknya sang maestro Affandi) dengan lukisannya yang berjudul “Rumahku Terapung di Laut”. Ingatkah Thomas Alva Eddison pada waktu kecil  yang sangat penasaran pada terangnya api hingga akhirnya membuat kebakaran gudang? Kini penemuannya dinikmati oleh orang di seluruh dunia. Atau bagaimana impian Walt Disney pada waktu kecil sehingga sekarang keajaiban itu bisa banyak dinikmati banyak orang lewat animasi Walt disney dan Disneyland?

Gagasan yang brilian biasanya adalah gagasan yang muncul saat kita masih kecil. Bagaimana tidak? Karena saat kecil pikiran kita masih murni tak terjamah oleh berbagai macam kepentingan dan kebutuhan. Pikiran kita masih bebas dan penasaran dalam menyikapi apa yang ada di sekitar kita waktu itu. Menginjak dewasa kebutuhan kita semakin kompleks hingga akhirnya pikiran-pikiran kita kemasukan berbagai macam pengaruh dan kepentingan. Gagasan itu menjadi tidak cemerlang dan orisinil lagi.

Sejak aku mendirikan warung Mie persis TELAP12, aku menyadari, kenapa impianku waktu kecil itu baru muncul kemudian di akhir tahun 2011? Kenapa nggak dari dulu-dulu? Tapi aku memahami bahwa ketertundaan itu adalah proses yang membangun dan mengantarkanku untuk mewujudkan impianku waktu kecil itu. Dan disinilah aku berusaha untuk mengumpulkan kembali gagasan-gagasan masa laluku yang mungkin sudah terkikis oleh bermacam-macam kepentingan.

TELAP12 hampir memasuki tahun yang pertama di awal Maret nanti. Proses renovasi dan dekorasi mulai dikerjakan sedikit demi sedikit. Aku jadi teringat dengan gambar tempel BATMAN waktu SD dan masih kusimpan saat ini. Sungguh aku punya gagasan saat melihat stiker itu, dan ini yang ingin kueksekusi dari dulu. BATMAN YEAR ONE-nya Frank Miller, penulis, artist, dan juga sutradara yang sukses dengan film 300 dan SIN CITY.

 

stiker_BATMAN_vintage

 

Sekitar tahun 70-80an komik BATMAN mengalami masa kejayaan atau boleh dikatakan sebagai “Silver Age” dengan cerita yang lebih serius dari Denny O’Neil. Goresan Neal Adams atau Dick Giordano begitu mendominasi pada tahun itu. Hingga muncullah BATMAN versi Frank Miller dengan artist David Mazzucchelli lewat BATMAN YEAR ONE. Sebuah karya yang berani mendobrak pakem saat itu, baik ceritanya maupun artistiknya. Mazzucchelli memberikan sentuhan karakter yang kuat danlebih humanis. Di Indonesia komik BATMAN Year 1, 2, 3 pernah diterbitkan oleh Midas Surya Grafindo (MISURIND) pada  tahun 90-an. Sungguh aku sangat menyesal karena tidak membelinya saat menemukan salah satu komik tersebut di shoping (sebelum pindah di samping Taman Pintar)

 

deluxe_batman_year_one_2012

 

Entah ini kebetulan atau apa, pada tahun 2011 BATMAN Year One dibikin animasinya. Aku membelinya dan menontonnya  sampai berulang kali. Ini adalah perjalanan Batman sejak awal pada tahun pertama dimana cerita dari film Batman Begins banyak diambil dari komik karya Frank Miller ini.

 

batman_year_one_animated

 

Aku pun menghubungkannya dengan perjalanan tahun pertama aku merintis TELAP12. Dan ketika aku search gambar BATMAN YEAR ONE di Google, muncullah ikon dari goresan Mazzucchelli yang sama dengan stiker yang aku punya waktu SD. Aku langsung berkata; aku akan mengeksekusinya di TELAP12! Aku tunjukkan gambar ini kepada para awak TELAP12, mereka langsung setuju. Aku jadi bersemangat.

 

BatmanYearOne

 

Jadilah BATMAN Year One yang menandai perjalanan tahun pertama TELAP12. Ikon the BATMAN Mazzucchelli tersebut menjadi kelambu untuk menutupi ruangan dapur yang nggak sedap dipandang jika dilihat dari luar. Ini memang jauh dari tema konsep TELAP12, tapi semua setuju dengan eksekusi itu. Satu lagi gagasan waktu kecil yang akhirnya terealisasi pada tahun ini.

 

the-BATMAN

 

Beberapa pelanggan banyak yang memotret sesososk the BATMAN itu. Jika kalian mampir ke TELAP12 dan mau ke toilet kalian akan melewati jubah the BATMAN seolah masuk ke dalam jubahnya the Phantom Stranger. Insya’Allah kedepannya itu akan menjadi jalan utama menuju lantai atas yang sekarang baru direnovasi.

 

nuwunsewu_betmen

 

Masih berantakan memang. Anggap saja memasuki Bat-Cave alias sarang guanya the BATMAN 🙂 Tapi setidaknya kalau malam, suasana di TELAP12 akan aman terkendali. Ya, karena ada the BATMAN yang mengawasi, hehe…

 

the_batman_watching_on

 

Laziale Indonesia part 2

February 18, 2013

Desember yang lalu aku tak sengaja ngecek gmail yang jarang sekali aku buka. Jarang ada orang yang ngirim email ke alamat gmailku. Paling yang ada hanyalah notificationdari twitter,  atau siapa yg gabung ke lingkaran G+. Tak diduga ada sebuah email masuk dari seseorang. Dia memberitahukan kalau emailnya yang di yahoo bermasalah. Tapi yang jelas isi dari email itu adalah tentang pesanan sandal Laziale Indonesia setahun yang lalu. Astaghfirullah! Ingatannya hebat juga ni orang…

Kira-kira akhir tahun 2011 yang lalu ada banyak yang memesan untuk dibuatkan sandal-art swallow. Kalau nggak salah yang antri ada empat orang. Aku menolak semua orderan tersebut dengan halus karena aku diberi tanggung jawab baru di petakumpet, sehingga jelas tak ada waktu luang untuk mengerjakan cukilan sandal itu. Hingga akhirnya aku bilang ke beberapa orang itu dengan pernyataan ‘kalau ada waktu’ dan ‘harus antri dengan yang lain’  Dan benar, saat itu aku memang tidak ada waktu luang. Apalagi saat itu aku disibukkan dengan mendirikan usaha kuliner TELAP12.

Kebetulan yang pesan sandal Laziale Indonesia ini ada pada urutan pertama antrian. Dia tahu saat search di Google Image dengan kata kunci Laziale Indonesia lalu didapatkanlah gambar sandal jepit Laziale Indonesia di blog-ku yang berjudul memberi lebih (https://husnimuarif.wordpress.com/2010/08/10/memberi-lebih/) . Aku membuatnya sebelum puasa pada tahun 2010. Yang pesan adalah orang Bandung, gara-gara sandalku jadi Hot Threat di KASKUS pada awal 2010. Dan sekarang pesanan itu hadir kembali menagihku setelah sekian lama.

Aku tak bisa menolaknya untuk yang kedua kalinya. Alasannya adalah yang pertama, aku sudah resign dari pekerjaanku di advertising. Yang kedua, aku sudah pernah membuat sandal itu sebelumnya, jadi tinggal membuatnya lagi. Tapi yang namanya bikin cukilan sandal itu susah sekali dibuat duplikasinya, karena harus manual. Itu semacam lukisan yang hanya bisa dibuat sekali. Selain itu aku masih disibukkan oleh sisa pekeerjaan freelance dan merenovasi warung TELAP12. Tapi karena saat itu aku baru saja menyelesaikan satu sandal (dan satu-satunya di tahun 2012 ini) yang kubuat untuk seseorang, aku jadi merasa bersalah dan egois kalau tidak memenuhi pesanan itu.

Alhamdulillah pesanan itu untuk akhir Januari (dan baru diambil malam minggu kemaren, hehe…) Jadi Desember yang super sibuk tersebut, aku bisa menyelesaikan pekerjaan freelance dan karikatur untuk nikahannya temanku dengan tenang. Setelah itu baru aku mengerjakan sandal Laziale ini. Aku selesaikan dalam waktu 4 hari dipotong urusan warung TELAP12. Dulu font Laziale-nya dicariin oleh bimalizer, kali ini aku minta usulan font dari abdee dan emyr namarov. Dan akhirnya terpilihlah usulan dari abdee yang sebenarnya sudah dipersiapkan setahun yang lalu saat pesanan sandal Laziale itu, hehe… Sori ‘n thank’s myr, maybe next time. Beginilah jadinya.

 

Laziale

 

Tapi sepertinya nggak afdol kalau kuperlihatkan hasilnya saja. Aku ingin memperlihatkan proses pembuatannya dari awal. Yah, sekedar berbagi ilmu, siapa tahu bisa menularkannya, biar kalau ada pesanan banyak, bisa di-outsource-kan ke orang lain. Masak aku terus? Yang lain juga dong 🙂 Terus terang bikin sandal ini nggak gampang. Ini adalah pekerjaan seorang artist  yang nggak semua orang mau melakukan pekerjaan ini (ya iyalah, kalo nggak gitu nggak dinamain artist) Ini semacam tutorial dan boleh dikatakan rahasia besar yang harus aku perlihatkan. Tapi lebih dari itu, ini tentang bagaimana melatih kesabaran, keikhlasan, dan rasa syukur. Tiga kata yang selalu ada ketika aku memulai nge-twit 🙂  Ikuti kisah selanjutnya, di slice and dice! https://husnimuarif.wordpress.com/2013/02/18/slice-and-dice/

slice and dice

February 18, 2013

Aku nggak nyangka kalau pekerjaan mencukil sandal jepit bisa menjadi sebuah pekerjaan yang memberikan kepuasan dan apresiasi tersendiri. Apalah artinya sebuah sandal jepit? Toh di masjid banyak juga sandal jepit dengan cukilan nama-nama pemiliknya. Tapi mereka cuman sekedar ngasih tanda, bikin-nya nggak serius, apalagi dengan sepenuh hati 🙂 Sejak pertama kali aku mencoba dan membuatnya, aku menyadari kalau barang remeh-temeh apapun itu, kalau dipermak dan diperlakukan dengan baik (dan penuh keikhlasan hati), akan menjadi sesuatu yang spesial dan layak diapresiasi.

Entah sudah berapa kali aku bikin art-swallow. Yang jelas aku ingin share pengalamanku bagaimana membuat sebuah karya seni pada media sandal jepit dengan baik dan benar 🙂 Web-web di luar yang memajang karya-karyaku sebelimnya yaitu Tribute to Teguh Santosa (https://husnimuarif.wordpress.com/2010/06/19/a-tribute-to-teguh-santosa/) menyebutnya sebagai flip-flop art. Aku merasa seperti akulah yang memulai (dengan pengerjaan yang serius) jenis seni ini, sehingga sudah menjadi kewajibanku untuk menyebarkannya. Ilmu tak akan berguna kalau tidak di-share dan diajarkan ke yang lain, bukan begitu? Tapi sebelum aku memberikan tutorial, aku akan memberitahu dulu bahwa kunci atau rahasia dari semua ini adalah kesabaran. Jadi ini adalah tutorial yang dikhususkan buat orang-orang yang sabar. Bagi yang belum sabar atau sudah merasa sabar, tutorial ini cocok sekali untuk melatih kesabaran Anda 🙂

Dalam membuat gambar cukilan di sandal jepit, alat yang diperlukan adalah pensil mekanik (dan penghapus) untuk menggambar di alas sandal, cutting pen untuk mengiris, dan pinset untuk mengangkat bagian yang mau dicukil. Nah prosesnya sebenarnya mudah, tinggal kita gambar apa kita inginkan di atas sandal dengan menggunakan pensil mekanik, lalu mengirisnya dengan cutting pen, dan mengangkatnya dengan pinset, selesai. Lalu bagaimana biar hasilnya bisa bagus dan detail? Ya dikerjakan dengan sabar. Begitu saja tutorialnya, mudah bukan? 🙂

Tapi kali ini aku akan menunjukkan sebuah proses bagaimana agar bisa membuat tulisan, logo, atau gambar, dengan rapi dan presisi, serapi bikinan dari mesin atau hasil olahan komputer. Kali ini yang akan kujadikan contoh adalah desain Laziale Indonesia part 2. Awal aku membuat Laziale Indonesia, aku sangat kesusahan bagaimana agar bisa menggambar logo Lazio dengan rapi, baik lengkungan maupun ukurannya yang presisi, memindahkannya ke dalam sandal dengan cara manual. Apalagi kalau sudah menyangkut font tulisan. Dari pengerjaan desain Laziale yang pertama itulah akhirnya aku mendapatkan cara yang lebih mudah dan cepat daripada cara sebelumnya yang menceritakannya saja aku malas. Cara ini sebenarnya sama dengan cara membuat stiker cutting manual.

Pertama adalah, siapkan desain logo dan font di komputer. Biasanya sih aku path dulu dalam bentuk vector ke dalam Corel Draw, lalu sesuaikan ukurannya dengan area sandal. Biasanya agar ukurannya tepat, aku potret sandal jepit dari atas, lalu aku transfer dengan ukuran skala sebenarnya ke dalam komputer. Setelah itu desain logo aku atur di atas gambar sandal tersebut  untuk melihat tingkat keterlihatan dari berbagai sisi.

 

Laziale-2-00

 

Gambar tersebut lalu di-mirror (dibalik) lalu di-print.

 

Laziale-2-0

 

Laziale-print

 

Mengapa harus dibalik gambarnya? Bagaimana agar gambar desain tersebut bisa ter-deliver dari komputer ke atas permukaan sandal? Nanti kamu akan tahu jawabannya.

Setelah di-print, tibalah ke proses yang lumayan sulit dan membutuhkan kesabaran, yaitu bagaimana biar gambar hasil print bisa berpindah ke atas sandal. Yang perlu dipersiapkan adalah Boxy atau Drawing Pen Snowman ukuran 0.1 dan sampul bening buku (samak plastik). Letakkan sampul bening ke gambar hasil print, lalu selotip bagian pinggirnya agar tidak bergeser posisinya. Lalu mulailah duplikasi atau membuat mal-nya dengan di-blat menggunakan boxy.

 

Laziale-2-2

 

Ini membutuhkan konsentrasi dan ketelitian tinggi agar garis gambar yang diciptakan boxy tidak bergeser dan bisa pas sama dengan gambar hasil print. Dan sekali lagi, dibutuhkan kesabaran. Kadang aku memerlukan cahaya tambahan dari lampu belajar agar bisa melihat dengan detail arah garisnya. Ini seperti pekerjaan tukang bedah di ruang operasi. Penuh kehati-hatian dengan keringat yang perlahan-lahan keluar membasahi kening. Sampul plastik dan boxy ini sangat-sangat sensitif. Tersentuh sedikit saja, goresan boxy yang sudah jadi, bisa hilang tersapu kulit karena tak sengaja. Kalau garis yang kita ciptakan salah atau melenceng dari garis yang ada di print, maka tinggal dihapus saja dengan jari, tapi jangan sampai mengenai garis yang sudah benar, atau harus mengulangi lagi dari awal. Makanya harus dipikirkan dari arah mana untuk memulai nge-blat agar tak terkena gerakan tangan kita. Posisi tubuh juga dibuat senyaman mungkin, karena proses ini membuat pergelangan tangan dan leher pegal. Jika sudah terbiasa, maka tanpa penggaris pun kita bisa membuat garis lurus, membuat lingkaran pun bisa sangat mulus.

Setelah proses nge-blat selesai, angkatlah sampul plastik itu dan potonglah hingga didapat mal-nya saja.

 

Laziale-2-3

Laziale-2-4

 

Siapkan selotip kertas, dan balutkan dengan rapi pada permukaan sandal jepit.

 

Laziale-2-5

 

Kemudian baliklah sampul plastik mal tadi, sehingga gambar yang terbalik menjadi tidak terbalik lagi dan posisi goresan boxy berada di bawah. Tempel, lalu atur posisinya. Selotip bagian pinggir-pinggirnya agar tidak bergeser.

 

Laziale-2-6

 

Setelah itu gosok-gosok semua garis outline dari hasil boxy tersebut dengan pensil mekanik. Nah, nantinya tinta boxy yang dari sampul tersebut akan berpindah ke selotip kertas. Pastikan semua garis sudah tergosok.

 

Laziale-2-7

 

Angkat sampul plastik tersebut, dan tadada… Logo Lazio sudah ter-deliver ke sandal. Nah, kini sudah tahu kan jawabannya? 🙂

 

Laziale-2-8

 

Hwew! Ternyata susah ya untuk mindahin gambar desain dari komputer ke sandal.

Selanjutnya,  saatnya Slice and Dice Spud!

 

Laziale-2-9

 

Dalam proses menyayat (ngeri banget bahasanya) Dalam proses mengiris, posisi terbaik mata pisau cutting pen adalah tegak lurus dengan permukaan sandal jepit. Irislah dengan pelan dan menjiwai seolah kau menyatu dengan sandal itu. Nikmatilah proses itu, maka kau akan mendapatkan ritmenya. Nikmati saat mata pisau berjalan perlahan mengikuti garis outline, baik garis lurus atau lengkungan, begitu juga saat menghunjamkan bagian yang detil dengan lembut, ahh…(lebay yah?)  Ini seperti pekerjaan seorang koki dalam meracik masakan, atau seorang pilot yang menerbangkan dan mendaratkan pesawat dengan sangat mulus sehingga perjalanan terasa sangat menyenangkan,  ataupun juga seorang komposer dalam menggubah musik nan indah.

 

Laziale-2-10

 

Jangan terburu-buru, nikmatilah, bahkan saat kau mencabut bagian demi bagian dengan pinset. Kelihatannya mudah, tapi proses ini lama sekali dan sama susahnya atau mungkin lebih susah daripada memindahkan mal dari hasil print ke sandal. Dan sekali lagi dibutuhkan kesabaran agar tercipta ritme pekerjaan yang menyenangkan.

 

Laziale-2-11

 

Jika semua sudah teriris dan terangkat oleh pinset, saatnya melepaskan selotip kertas dari sandal itu.

 

Laziale-2-12

Laziale-2-13

 

Lihatlah hasilnya. Kau seperti baru saja mengoperasi plastik wajah seseorang dan tak sabar melihat hasilnya. Dan ketika semuanya dikerjakan dengan baik, hasilnya… Sempurna! Ternyata hasil dari kesabaran itu sangat indah ya? 🙂

 

Laziale-2-14

Laziale_01

Laziale_02

Laziale_03

 

Sudah begitu? Masih bisa lagi. Setelah sabar, selanjutnya adalah syukur. Caranya? Dengan memberi nilai lebih pada setiap hasil pekerjaan kita. Pikir apa ada yang bisa diberikan lagi sehingga karya itu menjadi karya yang tidak hanya sempurna, tapi juga sebuah karya masterpiece. Melihat bekas kelupasan karet sandal yang tak terpakai, ternyata bisa dimanfaatkan lagi. Bekas cukilan tulisan Laziale sangat sayang kalau dibuang, sehingga aku berniat untuk menempelkan lagi pada bagian bawah sandal sama seperti yang kulakukan pada sandal Laziale yang pertama.

 

Laziale_04

 

Hanya saja kali ini menempelkannya memakai lem Castol, sedangkan sebelumnya memakai Alteco yang langsung keras dan tak bisa menyatu dengan karet sandal.

 

Laziale-2-15

 

Nah habis itu jadi bingung, bekas cukilan yg bagian bawah mau buat apa yah? Apa mau ditempelin di bagian atas? Hehe…

 

Laziale_05

 

Bekas cukilan lain yang lumayan luas bidangnya  pun bisa dimanfaatkan menjadi ikon Lazio yaitu elang yang kebetulan aku dapatkan gambarnya di Google Image.

 

Laziale-2-16

 

Hanya main garis-garis, tapi keren lah 🙂

 

Laziale-2-17

Laziale_07

Laziale_06

 

Jika kita bersyukur dengan memberi lebih pada setiap pekerjaan kita, maka hasil dari pekerjaan kita pun akan dihargai lebih pula. Kita pun akan mendapatkan apresiasi yang lebih. Bagaimana kalau tidak? Ya selanjutnya kita harus ikhlas 🙂 Kok jadinya seperti setiap aku memulai nge-twit yah? SABAR- SYUKUR -IKHLAS? hehe.. Selain bekerja keras dan bekerja cerdas, bekerja dengan ikhlas akan membuat kita begitu mencintai pekerjaan kita. Bukankah hakikat dari mencintai itu adalah mengikhlaskan? Just let it go. Ini untuk memastikan bahwa ada semangat bertawakkal  saat melakukan sesuatu, baik pada sebelum, saat, maupun setelah melakukan pekerjaan. Toh kalau sandal ini belum bisa dihargai lebih, paling tidak bisa memberikan informasi dan ilmu melalui tutorial di blog ini yang nilainya mungkin jauh lebih bermanfaat. Ikhlas itu kalau diuraikan panjang sekali, padahal ini kan sekedar tutorial, kok bisa ngomongin sampe ke situ. Hehe…

Semoga bermanfaat 🙂